MEKANISME REAKSI BERSAING SN 1 DAN E1


Pada pembahasan sebelumnya, kita sudah mempelajari apa itu SN 1 dan E1. Dan pada pembahasan kali ini akan dibahas tentang reaksi bersaing Sn 1 dan E1.

Agar lebih mudah dipahami, makna dari simbolik Sn 1 dan E1 dapat dimaknai sebagai berikut:
S : Substitusi : Adanya gugus pergi (X) yang hilang dari atom karbon (R) dan digantikan oleh suatu nukleofil.
N : Nukleofilik : Nukleofilik (Nu :) akan menyumbangkan dua elektron dengan tahap yang mirip dengan basa.
E : Eliminasi : Adanya 2 kelompok berdekatan yang menghilang dari suatu substrat dan digantikan oleh terbentuknya ikatan pi.
1 = Kinetika unimoleculer = Laju hanya dipengaruhi konsentrasi satu reaktan (Alkil Halida), Laju = k [RX].
2 = Kinetika unimoleculer = Laju dipengaruhi oleh konsentrasi dua reaktan (Alkil Halida dan Nukleofil / Basa), Laju = k[RX] [Nu: atau B:].

Pada reaksi Sn 1 dan E1, nukleofi atau basa adalah donor pasangan elektron lemah. Nukleofil yang baik dengan kebasaan yang relatif rendah akan mendukung reaksi S N 1 sementara nukleofil yang buruk lebih menyukai eliminasi E1 Reaksi Sn 1 dan E1 adalah suatu reaksi Multistep (lebih dari satu tahap) dan juga bersaing satu sama lain. Pada reaksi Sn 1 dan E1 ini mengapa disebut reaksi bersaing ? Karena kedua reaksi terjadi pada kondisi yang sama yakni keadaan polar, ketersediaan basa lemah, dll dan hanya dipengaruhi oleh alkil halida. Karbokation (R+) adalah suatu molekul karbon yang kekurangan elektron yang sangat reaktif yang biasanya mengikuti salah satunya tiga jalur yang memungkinkan menuju dua hasil akhir: 1. menambahkan nukleofil atau 2. kehilangan beta hidrogen atom. Jalur bersaing tambahan untuk perantara karbokation adalah terjadinya penataan ulang, di mana atom dalam posisi perubahan karboksi untuk membentuk karbokation yang sama atau lebih stabil. Setelah terbentuk, baru karbokation dianalisis dengan cara yang mirip dengan yang sebelumnya. Langkah terakhir yakni menambahkan nukleofil pada karbon karbokation (S N 1) atau untuk bereaksi dengan basa pada atom beta hidrogen (E1).


Dari potensi diagram dibawah ini, diantara reaksi fase gas dan reaksi fase pelarut polar dimaknai bahwa faktor penstabil dalam pembentukan suatu ion yakni suatu pelarut polar. Yang mana pada reaksi fase pelarut polar dihasilkan energi yang rendah sekitar 20-30 kkal/mol.
Tingkat Energi
Pelarut protik polar baik untuk reaksi S N 1 / E1 karena mereka memungkinkan pembentukan kation dan anion yang lebih mudah di selesaikan dari langkah pertama suatu reaksi tersebut. Hanya karbokation sekunder dan tersier yang cukup stabil untuk terbentuk larutan (biasanya H2O, ROH atau RCO2H, dalam suatu kondisi, asam HX dan H2SO 4 bekerja dengan baik juga dalam reaksi dengan alkohol).

Kereaktifan Alkil Halida Pada Reaksi Sn 1 Dan E1
Kereaktifan Alkil Halida

Dari gambar diatas, kereaktifan relatif Sn 1 dan E1 pada saat pembentukan karbokation, biasanya Sn 1 akan dominan lebih stabil dibandingkan dengan E1 sehingga biasanya Sn 1 akan menang bersaing dibandingkan dengan E1. Dan kereaktifan alkil halida tersier lebih besar dibandingkan sekunder. Sehingga Sn 1 dan E1 cenderung menyukai alkil halida tersier karena lebih bereaksi lebih cepat, namun dapat juga bereaksi dengan alkil halida sekunder, namun dibutuhkan proses yang lambat.

Permasalahan
  1. Dari gambar , biasanya Sn 1 lebih menang bersaing dibandingkan E1. Lalu keadaan yang bagaimanakah reaksi E1 dapat menang bersaing melawan Sn 1?
  2. Telah dijelaskan bahwa pada tahap 1 reaksi Sn 1 dan E1 dengan digunakannya pelarut protik polar maka dihasilkan energi rendah sekitar 20-30 kkal/mol. Mengapa energi rendah sangat berpengaruh terhadap tahap pertama ionisasi dari suatu reaksi Sn 1 dan E1?
  3. Mengapa nukleofil yang buruk lebih menyukai reaksi E1 dibanding dengan Sn 1?

Komentar

  1. Assalamualaikum husnul
    Saya Yupita Sri Rizki
    Nim:A1C118071
    Baik lah saya akan mencoba menjawab no 1
    Menurut saya Jika kita ingin SN1 lebih menang jika bersaing dengan E1, pilih asam seperti HCl, HBr, atau HI.Jika kita menambahkan asam kuat, kita mengubah OH menjadi H2O+, asam konjugat adalah kelompok pergi yang lebih baik. Sekarang, air dapat pergi, membentuk karbokation, dan kemudian basa dapat memutus ikatan C-H, membentuk alkena.
    Perhatikan bahwa ini sekarang adalah reaksi E1 klasik.perlu diketahui bahwa karbokation dapat dibentuk dari alkohol dengan menambahkan asam kuat seperti HCl, HBr, atau HI, dan berakhir dengan alkil halida. Mengapa? Ion halida adalah nukleofil yang layak di bawah kondisi reaksi. Dengan demikian jelas bahwa dengan menambahkan HCl,HBr dan HI maka reaksi dapat dipercepat.terimakasih

    BalasHapus
  2. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. . Hai khusnul, saya siti ardiyah NIM A1C118004 akan mencoba menjawab pertanyaan Anda nomor 3. Gugus lepas buruk itu ialah OH-, RO-, dan NH2- . Gugus lepas buruk tersebut cenderung menyukai reaksi E1. Hal ini disebabkan oleh ion ion basa kuat seperti OH-, RO-, dan NH2- merupakan ion ion yang tak stabil yang artinya ion ion ini tak mau berdiri. Jika ada sebuah proton yang diberikan pada saat direaksikan (misalnya pada reaksi E1), maka anion ini akan bereaksi dengan proton tersebut. Jika ada karbokation, anion ini akan bereaksi dengan karbokation membentuk ikatan C-O atau C-N. Akibatnya, jika anion anion itu membentuk ikatan atom dengan karbon, ikatan tersebut tidak mudah diputuskan walaupun merupakan ikatan polar.

    BalasHapus
  3. Perkenalkan nama saya Jony Erwin Situmorang (098) akan menjawab permasalahan no 2
    karena energi rendah sebab digunakan pelarut polar yang memungkinkan pembentukan kation dan anion yang lebih mudah di selesaikan dari langkah pertama suatu reaksi tersebut. Hanya karbokation sekunder dan tersier yang cukup stabil untuk terbentuk larutan (biasanya H2O, ROH atau RCO2H, dalam suatu kondisi, asam HX dan H2SO 4 bekerja dengan baik juga dalam reaksi dengan alkohol).

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer